Kamis, 28 Mei 2009

Fenomena Komunitas Virtual dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Manusia

Fenomena Komunitas Virtual dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Manusia
Fenomena Facebook di Indonesia

Indonesia saat ini telah menjadi “The Republic Of The Facebook”. Itulah headlines yang ditulis oleh Budi Putra mantan editor Harian Tempo yang dirilis oleh CNET Asia portal Teknologi Informasi terkemuka di Asia pada awal bulan Januari 2009 lalu. Gencarnya kampanye memakai Facebook di kalangan masyarakat telah menular secara cepat sehingga tidak salah pertumbuhan pengguna Facebook di indonesia kini telah mencapai angka 645% pada tahun 2009. Prestasi ini menjadikan Indonesia sebagai “The Fastest Growing Country On Facebook In Southeast Asia”. Bahkan angka ini mengalahkan pertumbuhan pengguna Facebook di China dan di India yang merupakan peringkat teratas populasi penduduk di dunia.

Facebook di Indonesia sebagaimana yang dilaporkan oleh Harian Tempo Interaktif pada tanggal 9 Februari tahun 2009 dimulai pada pertengahan tahun 2008. Lonjakan pengguna Facebook pertama kali dimulai pada pertengahan tahun 2008. Hal ini dibuktikan dengan statistik Facebook sebagai situs ranking kelima yang paling banyak diakses di Indonesia. Indonesia saat ini tercatat dalam sepuluh besar negara pemakai situs Facebook. Melihat sepak-terjang Facebook yang semakin familiar dan digandrungi oleh pengguna internet di Indonesia, lantas membuat kita terus bertanya-tanya, seperti apakah daya tarik dan kelebihan situs jaringan sosial yang telah menjadi trandsetter dalam dunia virtual ini?

Sebagaimana di rilis dalam “Press Room Official” situs Facebook dinyatakan sebagai website jaringan sosial ini pertama kali diluncurkan pada tanggal 6 Februari tahun 2004 dan bertujuan untuk memudahkan interaksi antar individu tanpa harus terikat oleh jarak dan sekat-sekat geografis. Facebook adalah sebagai sebuah sarana sosial yang membantu masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih effisien dengan teman-teman, keluarga, dan teman sekerja. Siapun boleh mendaftar di Facebook dan berinteraksi dengan orang-orang yang mereka kenal dalam lingkungannya.

Penemu situs Facebook pertama kali adalah “Mark Zuckerberg” seorang mahasiswa droup out Universitas Harvard Amerika Serikat. Dia dilahirkan pada tanggal 14 Mei tahun 1984. Kejeniusan dan kreativitas lewat Facebook membuat anak muda ini menempatkan dirinya sebagai jajaran 400 orang terkaya di Amerika Serikat versi Majalah Forbes edisi September 2008, tepatnya peringkat 321 dengan total kekayaan 1,5 Miliyar US dolar. Sebenarnya Mark Zuckerberg adalah seorang mahasiswa jurusan Psikologi Harvard. Dia mengutak-atik dan menciptakan program komputer hanya sebagai kegiatan untuk bersenang-senang. Mungkin karena latar belakang keilmuan psikologi itulah ia kemudian mulai tertarik untuk membuat situs-situs sosial.

Sebelum menciptakan Facebook, Mark Zuckerberg telah merilis Coursematch yang memudahkan para mahasiswa melihat mata kuliah yang diambil. Pada usia 20 tahun, Mark Zuckerberg meluncurkan “The Facebook”. Awalnya Facebook hanya diperuntukkan khusus bagi mahasiswa Universitas Harvard. Namun dalam waktu 24 jam setelah diluncurkan, sebanyak 1.200 mahasiswa Harvard sudah menjadi anggota Facebook. Dalam sebulan, separuh warga Harvard menjadi anggota Facebook. Keberhasilan inilah yang kemudian membuat Mark Zuckerberg membuka keanggotaan “The Facebook” untuk seluruh mahasiswa di Boston. Belakangan dibuka lagi bagi mahasiswa Ivy League (kampus paling top di Amerika Serikat), dan kemudian seluruh mahasiswa di Amerika Serikat.

Sejauh ini tercatat lebih dari 175 juta pengguna Facebook tersebar di seluruh dunia. Terhitung sampai pada tanggal 22 Februari tahun 2009, sebanyak 1.333.649 user Indonesia telah terdaftar di Facebook, atau sekitar 73% (976.372 orang) dan di antaranya adalah user usia produktif (18-34 tahun). Dilihat dari gender, 688.306 user laki-laki, dan 600.045 user perempuan menggunakan facebook. Pengguna Facebook di Indonesia kebanyakan mereka adalah seorang pelajar, mahasiswa, dosen, pekerja, politisi, serta beberapa tokoh-tokoh nasional.
Facebook adalah kelanjutan dari keberhasilan situs komunitas Friendster yang berhasil menjaring 12 juta “Registered Users” atau sekitar 60% pengguna internet di Indonesia. Bahkan banyak para pengguna Friendster yang kemudian melakukan migrasi ke Facebook karena layanan yang diberikan oleh Facebook kini lebih lengkap, dan mengikuti selera masyarakat. Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi secara langsung (real time), seperti chatting, tag foto, blog, game, dan update status yang dinilai lebih keren daripada Friendster.

Meningkatnya jumlah pengguna Facebook akan memperbesar pendapatan sang pemilik perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat. Facebook telah berhasil menghipnotis jutaan orang di seluruh dunia. Publikasi terakhir menyebutkan bahwa 175 juta orang dan 1.333.649 di antaranya di Indonesia telah menjadi member aktif Facebook. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah karena bergabungnya orang-orang populer Indonesia yang menjadi magnet bagi orang-orang biasa untuk menggunakan Facebook, dan kecenderungan setiap orang untuk melakukan migrasi dari pengguna Friendster ke Facebook. Itu baru dalam batas personal. Dalam scop yang lebih luas (negara), maka biaya bandwith yang mesti dikeluarkan untuk membayar akses ke luar negeri (karena Facebook berpusat di Amerika Serikat) juga semakin membengkak. Lagi-lagi uang terbang ke tangan asing tanpa kita sadari.

Facebook merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan perjumpaan berbagai karakter manusia dari berbagai penjuru dunia, dan dilakukan sebagai sarana untuk memperluas persahabatan. Semuanya diberikan secara gratis, dan manfaat yang didapatkan juga berjibun. Jadi dimanakah letak sisi negatif dari kehadiran Facebook dalam ruang kehidupan?

Demam Facebook telah menaikkan posisi ekonomis perusahaan. Di Indonesia, penggemar Facebook rata-rata adalah golongan tingkat ekonomi menengah ke atas. Tentu ini menjadi peluang bisnis yang potensial bagi penawaran barang dan jasa. Pelanggan iklanpun semakin ramai seiring dengan meningkatnya popularitas Facebook di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, menghadapi pemilu 2009 ini banyak para parpol dan para caleg ikut berkampanye lewat Facebook. Dari sinilah pundi-pundi income mengalir ke perusahaan jaringan sosial virtual ini.

Fenomena Facebook di Indonesia muncul dikarenakan hasrat alamiah manusia ingin berinteraksi dengan orang lain tidak bisa mereka bendung. Kemudian diciptakanlah ruang-ruang yang bisa menyalurkan hasrat alamiah ini. Dan tentu saja sarana yang tepat untuk bisa menyalurkan hasrat alamiah manusia untuk bisa berinteraksi dengan dunia luar adalah dengan menggunakan internet melalui situs jaringan sosial yang bisa diakses secara privat atau sendirian.

Ketika ruang interaksi virtual ala Facebook mendominasi keseharian masyarakat, waktu untuk berkumpul secara nyata ikut berkurang. Perlahan, sisi humanis mulai memudar karena Facebook lebih mengedepankan imajinasi dan visualisasi. Kehebatan Facebook adalah simpel dan elegan, didukung dengan banyak fitur dalam satu halaman. Spontanitas membuat orang enjoy menggunakan Facebook. Mereka bisa mengetahui secara langsung apa yang sedang dipikirkan orang lain, atau apa yang dilakukan oleh teman-temannya, sekaligus bisa langsung memberikan komentar. Semua berada pada kehebatan Facebook yang didukung dengan banyak fitur dalam satu halaman.

Tipikal masyarakat Indonesia adalah pembosan. Sebagaimana diungkapkan oleh “Psikolog Universitas Indonesia Niken Ardiyanti” mengatakan bahwa demam facebook tidak akan bertahan lama. Sebab para penggemar Facebook di Indonesia akan mudah bosan. “Ini sudah tipikal masyarakat Indonesia yang bosenan dan supaya tidak dibilang kampungan, ujarnya”. Psikolog Niken Ardiyanti menilai tipikal orang Indonesia suka kagetan. Dulu booming SMS, e-mail, friendster, kini Facebook. Entah apa lagi yang akan booming nantinya.

Contoh Fenomena Dunia Virtual
Fenomena komunitas virtual bagi kehidupan manusia sangat terasa manfaatnya. Mulai dari internet untuk dunia komunikasi melalui dunia virtual, dengan berbagai fasilitas yang di tawarkan. Semuanya hanya tinggal bagaimana cara kita memanfaatkannya, ke arah positif ataukah ke arah negatif. Kehidupan di dunia virtual semakin lama semakin nyata, dan mendekati kehidupan sehari-hari. Interaksi yang terjadi di dalamnya begitu luas dan kompleks. Hal ini bisa dilihat dari interaksi antar user mulai dari hal yang paling kecil seperti percakapan, sampai hal yang begitu sakral seperti pernikahan.

Game online Perfect World menyediakan interaksi yang kompleks antar user. Salah satu fitur yang unik adalah pernikahan antar user dimana user dapat mencari, memilih, dan kemudian menikahi user lain sebagai pasangan hidupnya. Pernikahan tersebut layaknya pernikahan di dunia nyata dimana pasangan-pasangan tersebut melakukan aktivitas, menjelajahi dunia virtual, dan membangun kehidupan mereka secara bersama-sama.

Tak jarang dari mereka yang semakin kecanduan game online karena menganggap diri mereka mempunyai pasangan hidup yang “real” yang harus selalu ditemui dan diperhatikan layaknya pasangan nyata, walaupun percakapan mereka hanya sekedar melalui chatting. Meskipun beberapa diantara mereka ada yang melanjutkan ke tahap selanjutnya seperti sms, telepon, bahkan bertemu secara langsung. Bisa dilihat dari contoh tersebut diatas, bahwa dampak dari kesalahan persepsi dari user game tersebut adalah menganggap dunia virtual sebagai dunia yang nyata bagi diri seseorang. Seharusnya kita menyikapi dunia virtual hanya sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan menganggapnya hanya sebagai hiburan, maka hal semacam ini tidak akan pernah mungkin terjadi.

Dapat dibayangkan, di jaman seperti sekarang ini masih ada perkenalan, pertemanan, percintaan, pertunangan, bahkan perkawinan pun dapat di lakukan di dunia maya. Namun apapun itu, yang perlu ditanamkan dalam diri kita masing-masing seiring dengan berkembangnya teknologi adalah dengan selalu berpegang teguh pada moral-moral dan akhlak, serta iman dan taqwa, tentunya kepada Sang pencipta kita Allah SWT. Karena dengan itu kita akan dapat menentukan mana yang mana baik dan yang mana yang buruk, yang mana yang kita ambil, dan yang mana yang kita tolak. Semoga perkembangan dunia virtual world akan memberikan kita manfaat dan kemudahan, bukannya semakin menjerumuskan kita dan membuat kita dalam kehidupan yang kian kacau.